Saya tentang Leibniz
Saya akan membahas tentang salah satu filsuf dari Jerman, Leibniz. Gottfried Wilhem Leibniz atau kadang biasa ditulis Leibnitz atau Von Leibniz lahir pada tanggal 1 Juli 1646 di Leipzig, Sachsen dan meninggal dunia pada tanggal 14 November 1716 di Hannover. Leibniz adalah seorang filsuf Jerman yang juga keturunan Sorbia dan berasal dari Sachsen.
Orang tua Leibniz, terutama ayahnya yang bernama Friedrich Leibniz sudah sejak awal membangkitkan dan menumbuhkan serta mengeksplorasi rasa ketertarikannya terhadap masalah-masalah yuridis dan falsafah. Ayah Leibniz adalah seorang ahli hukum dan profesor dalam bidang etika dan ibu Leibniz yang bernama Catharina Schmuck adalah putri seorang ahli hukum. Gottfried Wilhem Leibniz telah belajar banyak bahasa. Bahasa yang dikuasainya adalah bahasa Yunani dan bahasa Latin. Hal itu disebabkan karena Leibniz mempelajari bahasa Yunani dan bahasa Latin tersebut saat usianya baru menginjak delapan tahun dan berkat kumpulan buku-buku ayahnya yang luas dan banyak. Pada usia duabelas tahun Leibniz telah mengembangkan beberapa hipotesa logika yang menjadi bahasa simbol matematika.
Ayah Leibniz meninggal dunia, saat Leibniz masih berusia enam tahun. Pada akhirnya dia dibesarkan oleh ibunya. Nilai moral dan religius yang ditanamkan sedari dini pada diri Leibniz, memegang peran penting dalam kehidupan dan falsafah hidupnya, yang mungkin merupakan turunan dari ayahnya. Setelah sekolah, Leibniz mulai mempelajari buku-buku peninggalan ayahnya, terutama buku-buku tentang metafisika dan theologi dari penulis-penulis Katholik maupun Protestan. Leibniz tidak puas dengan sistem filsafat Aristoteles dan berusaha mengembangkan ide-idenya. Tahun 1661, saat usianya limabelas tahun, Leibniz yang tergolong jenius, masuk ke Universitas Leipzig jurusan hukum. Dua tahun kuliah di bidang hukum ternyata tidak membuatnya kerasan. Semasa kuliah di jurusan hukum, waktunya lebih banyak digunakan untuk membaca buku-buku filsafat, meski akhirnya dia lulus dalam bidang hukum pada tahun 1663 sebelum pergi ke Jena. Meski, menurut sumber lain, pada tahun 1661, Leibniz mendaftarkan diri ke Universitas Leipzig, namun kuliah di jurusan filsafat pada ahli theologi Johann Adam Schertzer dan teoritikus filsafat Jakob Thomasius. Pada tahun 1663 Leibniz pindah ke lain universitas, tahun 1663 ini Leibniz kuliah di Universitas Jena untuk belajar lebih lanjut di bawah ahli matematika, fisika, dan astronomi. Ahli matematika, fisika, dan astronomi ini bernama Erhard Wiegel. Leibniz melanjutkan kuliah di bawah bimbingan Erhard Wiegel untuk membedah pemikiran Pythagoras lebih dalam lagi. Di Jena, di bawah bimbingan matematikawan sekaligus filsuf terkemuka, Erhard Weigel ini, Leibniz mulai memahami pentingnya pembuktian matematika terhadap logika dan filsafat. Weigel percaya bahwa bilangan adalah konsep paling dasar dari alam semesta dan ide-ide ini memberi pengaruh sangat mendalam bagi Leibniz. Saat usia Leibniz mencapai duapuluh tahun ia ingin mempromosikan keahliannya, dalam bidang doktor hukum, namun para profesor di Universitas Leipzig menganggap Leibniz masih terlalu muda. Oleh karena itu, Leibniz pergi ke Nurnberg, untuk belajar lebih lanjut di Universitas Altdorf.
Leibniz sangat terkenal dengan pemikirannya, paham Theodicee. Theodicee yang artinya bahwa manusia hidup dalam dunia yang paling baik karena dunia ini diciptakan oleh Tuhan Yang Sempurna. Paham Theodicee ini menjadi terkenal karena dikritik dalam buku Candide karangan Voltaire.
Selain seorang filsuf, Leibniz juga seorang ilmuwan, matematikawan, diplomat, ahli fisika, sejarawan dan doktor dalam hukum duniawi dan hukum gereja. Leibniz dianggap sebagai filsuf yang mempunyai jiwa universalis di zamannya. Leibniz juga merupakan salah seorang filsuf yang paling berpengaruh pada abad ke-17 dan ke-18. Kontribusinya terhadap subjek yang begitu luas tersebar di banyak jurnal dan puluhan ribu surat serta naskah manuskrip yang belum semuanya diterbitkan. Sampai sekarang masih belum ada edisi lengkap mengenai tulisan-tulisan Leibniz dan dengan ini laporan lengkap mengenai prestasinya belum dapat dilakukan.
Bukan hanya filsuf terkemuka Erhard Wiegel yang memberi pengaruh agar Leibniz menekuni matematika. Peran Christiaan Huygens ternyata jauh lebih besar dibandingkan dengan Erhard Wiegel setelah mereka bertemu pada saat Leibniz berumur duapuluhenam tahun di Paris. Pertemuan antara Leibniz dengan Christiaan Huygens dapat dikatakan tidak disengaja. Hal tersebut disebabkan karena pada saat disela-sela kunjungan diplomatik dan urusan lain, mereka bertemu. Mereka saling berbicara tentang minat masing-masing. Huygens asalnya adalah seorang fisikawan, tapi karya-karya terbaiknya justru terkait dengan horologi. Horologi adalah ilmu tentang pengukuran waktu. Huygens selain itu juga sebagai peneliti tentang gerakan cahaya, sekaligus seorang matematikawan. Huygens memberi Leibniz makalahnya tentang kerja matematika pada pendulum kepada Leibniz. Melihat kehebatan dan kekuatan matematika, Leibniz memohon agar Huygens bersedia mengajarinya matematika. Setelah melihat besarnya kemauan dan kejeniusan Leibniz, dengan senang hati Huygens bersedia mengajarinya.
Untuk memberi impresi kepada Huygens, Leibnez memamerkan hasil-hasil penemuannya. Salah satunya adalah mesin penghitung yang dikatakannya jauh lebih hebat dibandingkan dengan buatan Pascal, yang hanya dapat menangani tambah dan kurang Mesin penghitung buatan Leibniz dapat menangani perkalian, pembagian dan menghitung akar bilangan. Di bawah bimbingan Huygens, dengan cepat Leibniz menemukan jati dirinya. Dia lahir sebagai seorang matematikawan. Pelajaran dan didikan serta bimbingan dari Huygens sempat tertunda beberapa bulan saat Leibniz harus bertugas di London sebagai Atase. Ketika di London, Leibniz bertemu dengan para matematikawan Inggris sambil memamerkan hasil-hasil karyanya. Seorang teman Leibniz, matematikawan Inggris memperlihatkan hiperbola Mercator kepadanya, salah satu bukti mengapa Newton juga menemukan kalkulus, dimana kemudian hal ini memicu dirinya untuk menemukan kalkulus. Suatu saat, dalam kunjungan ke London, Leibniz menghadiri pertemuan dengan Royal Society, dimana dia menunjukkan kerja mesin hitung penemuannya. Penemuan dan hasil karyanya itu membuat Leibniz diangkat sebagai anggota Royal Society berkewarganegaraan asing, yakni bukan orang Inggris sebelum dia pulang ke Paris pada tahun 1673. Tidak lama kemudian, Leibniz dan Newton pada saat hampir bersamaan diangkat menjadi anggota Akademi Sains Perancis berkewarganegaraan asing. Merasa puas dengan prestasi yang diraih Leibniz, Huygens menyuruh anak didiknya ini terus menekuni matematika. Dalam perpisahan dengan Huygens di Paris, karena Leibniz ingin kembali ke Hanover, Leibniz berjanji akan menggunakan waktu senggangnya untuk menekuni matematika. Tahun 1676, Leibniz mengabdikan dirinya pada Duke Brunswick-Luneburg. Newton dan Leibniz, keduanya mengaku sebagai penemu kalkulus.
Leibniz semakin berseteru dengan Newton, karena keduanya sama-sama merasa telah menemukan kalkulus. Newton memulai ide tentang kalkulusnya pada tahun 1660an, tetapi karya-karya tersebut tidak diterbitkan selama hampir duapuluh tahun. Tidak ada satupun yang mengetahui secara jelas, apakah Leibniz pada usia tigapuluhtiga tahun telah menemukan karya-karya yang terpendam Newton pada saat melakukan kunjungan ke London. Hal tersebut disebabkan karena pada saat itu pula Leibniz sedang mengembangkan kalkulus, meski dengan versi yang sedikit berbeda dengan Newton, di mana temuan ini selalu diperdebatkan orang. Keduanya memang pernah saling berkirim surat pada tahun 1670an, sehingga sulit ditentukan siapa mempengaruhi siapa. Teori yang mereka kemukakan memberikan hasil akhir yang sama, namun notasi dan falsafah dasarnya sangatlah berbeda. Newton mengirim surat ke Leibniz yang memakan waktu lama untuk sampai di tangan Leibniz. Surat ini berisikan hasil yang diperoleh Newton tanpa disertai penjelasan cara dan metode memperolehnya. Leibniz segera membalas surat tersebut, tapi Newton tidak menyadari bahwa suratnya baru diterima Leibniz, dan diperlukan waktu enam minggu untuk membalasnya. Balasan surat Leibniz ini menyadarkan Newton bahwa dia harus menerbitkan metode perhitungan secepat mungkin.
Newton menulis surat kedua pada tahun 1676, tetapi surat itu baru diterima Leibniz pada Juni 1677 karena Leibniz sedang berada di Hanover. Surat kedua ditulis Newton dengan nada lebih sopan yang menyebutkan bahwa bukan Leibniz yang mencari metode kalkulus. Jawaban surat Leibniz berisikan prinsip-prinsip dasar dan terperinci tentang diferensial kalkulus versinya, termasuk melakukan diferensial fungsi atas suatu fungsi.
Newton tidak menyukai perubahan yang sangat kecil, infinitesimal menuju ketidakterhinggaan karena dianggapnya hanya remah-remah. Notasi os dari Newton, pada persamaan-persamaan tentang perubahan, fluxion, karena sekali waktu os beroperasi seperti halnya bilangan nol dan terkadang seperti bukan bilangan nol.
Perbedaan yang sangat kecil, lebih kecil dari bilangan positif yang dapat anda beri nama tetapi tetap lebih besar dari nol. Bagi matematikawan jaman itu, hal tersebut adalah konsep yang sangat aneh. Newton malu dengan persamaan-persamaan tersebut sehingga hal ini tetap disembunyikan rapat-rapat. Ternyata os pada perhitungan hanyalah batu loncatan menuju penyelesaian suatu perhitungan. Sebaliknya, Leibniz memperhatikan perubahan kecil ini, dan tetap terpakai dalam semua perhitungannya; akhirnya derivatif y terhadap x bukanlah merupakan nisbah bebas bilangan maha kecil ini dari perubahan (fluxion) yº/xº, tapi nisbah bilangan maha kecil dy/dx. Kalkulus Leibniz, dengan dy dan dx dapat dimanipulasi seperti layaknya angka biasa. Alasan inilah yang kiranya dapat menjawab pertanyaan mengapa para matematikawan lebih suka menggunakan notasi kalkulus Leibniz daripada notasi kalkulus Newton. Pada diferensial Leibniz ada larangan apabila terjadi 0/0, hal ini harus dihindari, dimana hal ini tidak terdapat pada fluxion Newton.
Newton tetap bersikeras bahwa kalkulus adalah temuannya, namun Leibniz menyatakan bahwa dia mengembangkan kalkulus versinya sendirinya. Keduanya saling tuduh bahwa lainnya adalah seorang plagiat. Komunitas matematika Inggris mendukung Newton dan menarik diri dari komunitas matematikawan benua Eropa yang mendukung Leibniz. Akibatnya, Inggris mengadopsi notasi fluxion Newton daripada mengadaptasi notasi diferensial Leibniz yang sebenarnya lebih hebat. Akibatnya cukup fatal, kelak, pengembangan kalkulus di Inggris menjadi jauh tertinggal dibandingkan negara-negara Eropa lainnya. Polemik tentang penemu kalkulus terus berlanjut. Sampai akhirnya, akhir tahun 1713, Leibniz mengeluarkan pamflet anonim, Charta Volans, yang menjelaskan posisinya sekaligus mengungkapkan kesalahan Newton dalam memahami derivatif kedua atau derivatif yang lebih besar lagi. Kesalahan ini juga diungkapkan oleh Johann Bernoulli.
Tahun 1673, Leibniz menyempurnakan notasi-notasi kalkulus versinya dan pada tahun 1675, dia menulis manuskrip dengan menggunakan notasi, yaitu ?f(x)dx untuk pertama kalinya. Tahun 1676, menemukan notasi: d(xn) = nxn?¹ dx untuk integral dan pangkat n, dimana sejak tahun ini pula dia menghabiskan sisa hidupnya di Hanover, kecuali pergi untuk kunjungan-kunjungan ilmiah.
Tahun 1679, Leibniz pertama kali mengenalkan sistem bilangan berbasis dua, yang disebut biner. Berawal dari korespondensi dengan Pere Joachim Bouvet, seorang jesuit dan misionaris di Cina. Lewat Bouvet ini, Leibniz belajar I Ching, yang sudah ada 5000 SM, heksagram, permutasi garis lurus dan garis patah yang sebanyak 6 susun yang terkait dengan sistem bilangan berbasis dua. Yin dan yang pada heksagram yang dilambangkan garis putus dan garis lurus digantikan dengan angka 0 dan angka 1. Hasilnya heksagram dikonversi menjadi bilangan biner. Sistem bilangan ini, kelak, menjadi fondasi revolusi komputer.
Ada versi lain yang mengatakan bahwa Leibniz mengemukakan teori penciptaan alam semesta dari kehampaan, void lebih dari sekedar Tuhan/0 dan kehampaan/0, karena Leibniz berupaya menggunakan pengetahuan itu untuk mengubah orang Cina agar mau memeluk agama Kristen. Istilah matematika Liebniz dalam biner ini tergolong sangat kontroversial, barangkali pengaruh latar belakang keluarga dan pendidikannya sangat besar. Begitu pula sikapnya terhadap bilangan imajiner, seperti i atau v-1 yang disebutnya dengan roh kudus. Dia sebenarnya memahami bahwa bilangan i akhirnya mengungkapkan hubungan antara nol dan bilangan tidak terhingga.
Tahun 1667, Leibniz tinggal di Frankfurt, bekerja pada Boineburg yang menjabat sebagai Sekretaris masyarakat alkimia Nurenburg. Di sini, selama bertahun-tahun, Leibniz terlibat dengan berbagai poyek yang terkait dengan sains maupun politik. Leibniz memulai membuat mesin penghitung, dimana pada tahun 1673 ditemani keponakan Boineburg, dihadapan Royal Society (Inggris), guna mendemontrasikan mesin penghitung yang belum selesai. Mesin penghitung versi Leibniz merupakan penyempurnaan dari mesin penghitung ciptaan Pascal. Blaise Pascal menemukan mesin penjumlah pada tahun 1642 dan pada tahun 1673, Leibniz menemukan mesin yang dapat melakukan operasi perkalian dan pembagian. Tahun 1678 sampai tahun 1679, dia terlibat proyek pengeringan air yang menggenangi pertambangan di gunung Harz dengan menggunakan tenaga angin dan tenaga air untuk mengoperasikan pompa. Proyek ini gagal karena kekuatiran para pekerjanya, bahwa mesin-mesin ini mampu menggantikan pekerjaan mereka. Disiplin ilmu geologi pertama kali muncul, yaitu saat Leibniz merangkum hasil kompilasi atas pengamatannya di gunung Harz. Dia juga mengemukakan hipotesis-hipotesis bahwa bumi terbentuk dari materi yang awalnya berbentuk cairan.
Pengabdian Leibniz kepada keluarga Brunswick hampir sepanjang empat puluh tahun dari kehidupannya. Leibniz mengabdikan dirinya ke dalam tiga profesi utama, yaitu pustakawan, ahli sejarah dan orang pintar yang menjadi penasihat. Kiprah Leibniz sebagai ahli sejarah adalah melakukan riset sejarah. Pekerjaan ini membuat dia sering berkeliling Jerman, Austria bahkan sampai Italia pada kurun waktu 1687 sampai tahun 1690. Saat mengunjungi Vatican, Leibniz ditawari Paus untuk menjadi pustakawan Vatican. Tawaran ini ditolak karena mengharuskan Leibniz memeluk agama Katholik, sehingga harus mengingkari karakteristik universal yang diyakininya. Keinginannya untuk menyatukan kembali Protestan dan Katholik adalah sebuah proyek besar baginya. Rekonsiliasi kedua agama yang ditempatkan pada konferensi di Hanover tahun 1683 gagal karena keinginan masing-masing agama untuk menguasai satu atas lainnya. Catatan kompetensi utama Leibniz sulit dipahami orang. Ilmu ekonomi, philology, ilmu tentang sejarah bahasa atau studi perpustakaan, hukum internasional. Liebniz adalah perintis bidang hokum internasional ini. Menentukan pertambangan sebagai industri penggerak perekonomian Jerman, membangun pusat-pusat pendidikan, semuanya adalah minat-minat Leibniz.
Setelah menyelesaikan suatu kunjungan tugas ke Paris pada tahun 1676, Leibniz pulang ke Hannover lewat London dan Amsterdam. Sejenak, dalam persinggahan ke kota terakhir ini, Leibniz yang memilih diplomat filsafat sebagai karir terpanjangnya, ternyata terperosok dalam transaksi illegal. Leibniz melakukan transaksi yang tidak diketahui dengan jelas apa yang dipertukarkan dengan Benedict de Spinoza pada tahun 1632 sampai tahun 1677, tapi yang jelas tindakan Leibniz itu termasuk melanggar etika. Yang paling parah adalah bahwa bahan itu menyangkut etika. Leibniz tampaknya memendam keyakinan bahwa mendasarkan diri pada etika adalah suatu cita-cita semua pihak. Pada saat itu Leibniz membawa salinan ringkasan karya puncak Spinoza, disebut setelah melalui klarifikasi, yang belum dipublikasikan Ethica, makalah perkembangan etika dalam membahas karya geometri Euclid. Satu tahun kemudian, Spinoza meninggal dan Leibniz menganggap keberadaan makalah itu laksana menerima bingkisan salah kirim dari Amsterdam. Para pemerhati filsafat yang membaca karya itu setuju dengan apa yang dikemukakan oleh Leibniz, tapi tidak mengetahui bahwa sebenarnya karya tersebut adalah buah pikir Spinoza. Para pakar bidang etika menyebut bahwa jangan terburu-buru menuduh Leibniz bersalah atau barangkali Liebniz mengemukakan pemikiran-pemikirannya tentang etika terpisah dengan Spinoza. Setidak-tidaknya ada dua contoh dalam matematika, yaitu fungsi ellips dan geometri non-Euclidian yang dapat dijadikan dasar pembuktian bahwa itu merupakan karya Leibniz. Catatan harian dan surat-menyurat Spinoza yang dicari setelah meninggalnya tidak cukup memberi bukti bahwa Leibniz bersalah.
Pikiran Leibniz makin terbuka dan berkembang setelah lebih dari duapuluhlima tahun berkecimpung dalam lautan filsafat. Tidaklah mengherankan bagi para pembaca dan pemerhati kiprahnya, apabila mendengar bahwa Leibniz mencetuskan teori monads. Monads adalah substansi dasar individu merefleksikan tatanan jagat raya, replika miniatur dari jagat raya. Leibniz juga menyatakan tentang segalanya dalam alam semesta ini ada dalam suatu tatanan. Masih ditambah, melancong ke metafisika dengan mencetuskan theorema optimisme, segala sesuatu (everything) diperuntukkan bagi yang terbaik dengan semua yang terbaik dari semua dunia yang dimungkinkan. Akan tetapi semua itu dilupakan orang karena barangkali dianggap mendahului jamannya. Pada tahun 1759, penjabaran secara rinci didemontrasikan oleh Voltaire (1694 – 1778) dengan karya besarnya Candide. Barangkali menurut sumber Theory of Everything dari Stephen Hawking juga mengambil nama yang pernah dicetuskan Leibniz.
Kalkulus tidak akan sempurna apabila tidak ada kiprah Leibniz. Minat Leibniz yang sangat beragam ternyata membuka cakrawala baru bagi perkembangan ilmu pengetahuan atau memunculkan disiplin ilmu baru. Hukum internasional, sistim bilangan berbasis dua (binary) dan geologi adalah disiplin ilmu hasil cetusan dari Leibniz. Belum lagi karya mesin hitung yang merupakan penyempurnaan buatan Blaise Pascal mampu membuat orang jaman itu berdecak kagum.
Leibniz juga mengembangkan pemikiran tentang rasionalisme dalam logika berpikir tentang filsafat. Pemikiran-pemikiran yang diciptakannya antara lain:
1. Berbagai Prinsip. Leibniz mengatakan di samping hukum nonkontradiksi ada beberapa hukum lain tentang pemikiran, sebagai di antaranya dia kemukakan sebagain aksioma.
2. Kontingensi (Ketidakmutlakan). Dapat dilihat segera bahwa dalam pandangan Leibniz, semua pernyataan subjek-predikat jika memang benar adalah benar atas dasar makna semua istilah yang digunakan untuk mengungkapkannya. Suatu pernyataan dalam bentuk ‘s adalah p’ hanya memberi atribut pada ‘s’ suatu sifat yang merupakan bagian dari definisinya: dia menyatakan kumpulan dari semua sifat p, q, r, dan seterusnya yang memuat p. Atas dasar hal tersebut Leibniz secara tidak langsung menjelaskan perbedaan antara kebenaran yang mutlak dan kebenaran yang tidak mutlak.
3. Metafisika. Leibniz berpendapat seperti semua penganut paham rasionalis, bahwa semua prinsip metafisika harus menjadi dasar penyelidikan empiris dan mereka sendiri tidak bersumber pada pengalaman.
4. Dunia Kebendaan. Leibniz berkata, jika suatu ruang itu mutlak adanya dan memiliki suatu realitas yang jauh melebihi hubungan ruang diantara individu, maka seluruh alam semesta mungkin dapat digerakkan melalui ruang, tanpa suatu perubahan yang signifikan. Namun yang kemudian diperhatikan, kedudukan alam semesta sebagai suatu keseluruhan. Bila dua sasaran dapat menduduki titik yang sama, maka dalam ruang tersebut jika mereka berada dalam hubungan ruang yang sama, akan sama terhadap semua benda yang lain.
5. Monadologi. Saya ini adalah ‘monad’ dan seperti semua substansi selain dari Allah, saya memiliki baik forma maupun materi. Leibniz menggunakan istilah seperti itu dalam arti skolastik.
6. Tuhan. Leibniz mengatakan, memang merupakan kebenaran yang tidak mutlak bahwa ada banyak monad yang tidak terbatas. Mungkin ada dunia yang berisikan jumlah yang tidak begitu terbatas. Tetapi sebenarnya harus mengandung suatu jumlah yang tidak terbatas, begitu menurut Leibniz, karena tidak ada hipotesa yang lain yang sesuai dengan kebaikan Allah yang tidak terbatas.
Ayah Leibniz meninggal dunia, saat Leibniz masih berusia enam tahun. Pada akhirnya dia dibesarkan oleh ibunya. Nilai moral dan religius yang ditanamkan sedari dini pada diri Leibniz, memegang peran penting dalam kehidupan dan falsafah hidupnya, yang mungkin merupakan turunan dari ayahnya. Setelah sekolah, Leibniz mulai mempelajari buku-buku peninggalan ayahnya, terutama buku-buku tentang metafisika dan theologi dari penulis-penulis Katholik maupun Protestan. Leibniz tidak puas dengan sistem filsafat Aristoteles dan berusaha mengembangkan ide-idenya. Tahun 1661, saat usianya limabelas tahun, Leibniz yang tergolong jenius, masuk ke Universitas Leipzig jurusan hukum. Dua tahun kuliah di bidang hukum ternyata tidak membuatnya kerasan. Semasa kuliah di jurusan hukum, waktunya lebih banyak digunakan untuk membaca buku-buku filsafat, meski akhirnya dia lulus dalam bidang hukum pada tahun 1663 sebelum pergi ke Jena. Meski, menurut sumber lain, pada tahun 1661, Leibniz mendaftarkan diri ke Universitas Leipzig, namun kuliah di jurusan filsafat pada ahli theologi Johann Adam Schertzer dan teoritikus filsafat Jakob Thomasius. Pada tahun 1663 Leibniz pindah ke lain universitas, tahun 1663 ini Leibniz kuliah di Universitas Jena untuk belajar lebih lanjut di bawah ahli matematika, fisika, dan astronomi. Ahli matematika, fisika, dan astronomi ini bernama Erhard Wiegel. Leibniz melanjutkan kuliah di bawah bimbingan Erhard Wiegel untuk membedah pemikiran Pythagoras lebih dalam lagi. Di Jena, di bawah bimbingan matematikawan sekaligus filsuf terkemuka, Erhard Weigel ini, Leibniz mulai memahami pentingnya pembuktian matematika terhadap logika dan filsafat. Weigel percaya bahwa bilangan adalah konsep paling dasar dari alam semesta dan ide-ide ini memberi pengaruh sangat mendalam bagi Leibniz. Saat usia Leibniz mencapai duapuluh tahun ia ingin mempromosikan keahliannya, dalam bidang doktor hukum, namun para profesor di Universitas Leipzig menganggap Leibniz masih terlalu muda. Oleh karena itu, Leibniz pergi ke Nurnberg, untuk belajar lebih lanjut di Universitas Altdorf.
Leibniz sangat terkenal dengan pemikirannya, paham Theodicee. Theodicee yang artinya bahwa manusia hidup dalam dunia yang paling baik karena dunia ini diciptakan oleh Tuhan Yang Sempurna. Paham Theodicee ini menjadi terkenal karena dikritik dalam buku Candide karangan Voltaire.
Selain seorang filsuf, Leibniz juga seorang ilmuwan, matematikawan, diplomat, ahli fisika, sejarawan dan doktor dalam hukum duniawi dan hukum gereja. Leibniz dianggap sebagai filsuf yang mempunyai jiwa universalis di zamannya. Leibniz juga merupakan salah seorang filsuf yang paling berpengaruh pada abad ke-17 dan ke-18. Kontribusinya terhadap subjek yang begitu luas tersebar di banyak jurnal dan puluhan ribu surat serta naskah manuskrip yang belum semuanya diterbitkan. Sampai sekarang masih belum ada edisi lengkap mengenai tulisan-tulisan Leibniz dan dengan ini laporan lengkap mengenai prestasinya belum dapat dilakukan.
Bukan hanya filsuf terkemuka Erhard Wiegel yang memberi pengaruh agar Leibniz menekuni matematika. Peran Christiaan Huygens ternyata jauh lebih besar dibandingkan dengan Erhard Wiegel setelah mereka bertemu pada saat Leibniz berumur duapuluhenam tahun di Paris. Pertemuan antara Leibniz dengan Christiaan Huygens dapat dikatakan tidak disengaja. Hal tersebut disebabkan karena pada saat disela-sela kunjungan diplomatik dan urusan lain, mereka bertemu. Mereka saling berbicara tentang minat masing-masing. Huygens asalnya adalah seorang fisikawan, tapi karya-karya terbaiknya justru terkait dengan horologi. Horologi adalah ilmu tentang pengukuran waktu. Huygens selain itu juga sebagai peneliti tentang gerakan cahaya, sekaligus seorang matematikawan. Huygens memberi Leibniz makalahnya tentang kerja matematika pada pendulum kepada Leibniz. Melihat kehebatan dan kekuatan matematika, Leibniz memohon agar Huygens bersedia mengajarinya matematika. Setelah melihat besarnya kemauan dan kejeniusan Leibniz, dengan senang hati Huygens bersedia mengajarinya.
Untuk memberi impresi kepada Huygens, Leibnez memamerkan hasil-hasil penemuannya. Salah satunya adalah mesin penghitung yang dikatakannya jauh lebih hebat dibandingkan dengan buatan Pascal, yang hanya dapat menangani tambah dan kurang Mesin penghitung buatan Leibniz dapat menangani perkalian, pembagian dan menghitung akar bilangan. Di bawah bimbingan Huygens, dengan cepat Leibniz menemukan jati dirinya. Dia lahir sebagai seorang matematikawan. Pelajaran dan didikan serta bimbingan dari Huygens sempat tertunda beberapa bulan saat Leibniz harus bertugas di London sebagai Atase. Ketika di London, Leibniz bertemu dengan para matematikawan Inggris sambil memamerkan hasil-hasil karyanya. Seorang teman Leibniz, matematikawan Inggris memperlihatkan hiperbola Mercator kepadanya, salah satu bukti mengapa Newton juga menemukan kalkulus, dimana kemudian hal ini memicu dirinya untuk menemukan kalkulus. Suatu saat, dalam kunjungan ke London, Leibniz menghadiri pertemuan dengan Royal Society, dimana dia menunjukkan kerja mesin hitung penemuannya. Penemuan dan hasil karyanya itu membuat Leibniz diangkat sebagai anggota Royal Society berkewarganegaraan asing, yakni bukan orang Inggris sebelum dia pulang ke Paris pada tahun 1673. Tidak lama kemudian, Leibniz dan Newton pada saat hampir bersamaan diangkat menjadi anggota Akademi Sains Perancis berkewarganegaraan asing. Merasa puas dengan prestasi yang diraih Leibniz, Huygens menyuruh anak didiknya ini terus menekuni matematika. Dalam perpisahan dengan Huygens di Paris, karena Leibniz ingin kembali ke Hanover, Leibniz berjanji akan menggunakan waktu senggangnya untuk menekuni matematika. Tahun 1676, Leibniz mengabdikan dirinya pada Duke Brunswick-Luneburg. Newton dan Leibniz, keduanya mengaku sebagai penemu kalkulus.
Leibniz semakin berseteru dengan Newton, karena keduanya sama-sama merasa telah menemukan kalkulus. Newton memulai ide tentang kalkulusnya pada tahun 1660an, tetapi karya-karya tersebut tidak diterbitkan selama hampir duapuluh tahun. Tidak ada satupun yang mengetahui secara jelas, apakah Leibniz pada usia tigapuluhtiga tahun telah menemukan karya-karya yang terpendam Newton pada saat melakukan kunjungan ke London. Hal tersebut disebabkan karena pada saat itu pula Leibniz sedang mengembangkan kalkulus, meski dengan versi yang sedikit berbeda dengan Newton, di mana temuan ini selalu diperdebatkan orang. Keduanya memang pernah saling berkirim surat pada tahun 1670an, sehingga sulit ditentukan siapa mempengaruhi siapa. Teori yang mereka kemukakan memberikan hasil akhir yang sama, namun notasi dan falsafah dasarnya sangatlah berbeda. Newton mengirim surat ke Leibniz yang memakan waktu lama untuk sampai di tangan Leibniz. Surat ini berisikan hasil yang diperoleh Newton tanpa disertai penjelasan cara dan metode memperolehnya. Leibniz segera membalas surat tersebut, tapi Newton tidak menyadari bahwa suratnya baru diterima Leibniz, dan diperlukan waktu enam minggu untuk membalasnya. Balasan surat Leibniz ini menyadarkan Newton bahwa dia harus menerbitkan metode perhitungan secepat mungkin.
Newton menulis surat kedua pada tahun 1676, tetapi surat itu baru diterima Leibniz pada Juni 1677 karena Leibniz sedang berada di Hanover. Surat kedua ditulis Newton dengan nada lebih sopan yang menyebutkan bahwa bukan Leibniz yang mencari metode kalkulus. Jawaban surat Leibniz berisikan prinsip-prinsip dasar dan terperinci tentang diferensial kalkulus versinya, termasuk melakukan diferensial fungsi atas suatu fungsi.
Newton tidak menyukai perubahan yang sangat kecil, infinitesimal menuju ketidakterhinggaan karena dianggapnya hanya remah-remah. Notasi os dari Newton, pada persamaan-persamaan tentang perubahan, fluxion, karena sekali waktu os beroperasi seperti halnya bilangan nol dan terkadang seperti bukan bilangan nol.
Perbedaan yang sangat kecil, lebih kecil dari bilangan positif yang dapat anda beri nama tetapi tetap lebih besar dari nol. Bagi matematikawan jaman itu, hal tersebut adalah konsep yang sangat aneh. Newton malu dengan persamaan-persamaan tersebut sehingga hal ini tetap disembunyikan rapat-rapat. Ternyata os pada perhitungan hanyalah batu loncatan menuju penyelesaian suatu perhitungan. Sebaliknya, Leibniz memperhatikan perubahan kecil ini, dan tetap terpakai dalam semua perhitungannya; akhirnya derivatif y terhadap x bukanlah merupakan nisbah bebas bilangan maha kecil ini dari perubahan (fluxion) yº/xº, tapi nisbah bilangan maha kecil dy/dx. Kalkulus Leibniz, dengan dy dan dx dapat dimanipulasi seperti layaknya angka biasa. Alasan inilah yang kiranya dapat menjawab pertanyaan mengapa para matematikawan lebih suka menggunakan notasi kalkulus Leibniz daripada notasi kalkulus Newton. Pada diferensial Leibniz ada larangan apabila terjadi 0/0, hal ini harus dihindari, dimana hal ini tidak terdapat pada fluxion Newton.
Newton tetap bersikeras bahwa kalkulus adalah temuannya, namun Leibniz menyatakan bahwa dia mengembangkan kalkulus versinya sendirinya. Keduanya saling tuduh bahwa lainnya adalah seorang plagiat. Komunitas matematika Inggris mendukung Newton dan menarik diri dari komunitas matematikawan benua Eropa yang mendukung Leibniz. Akibatnya, Inggris mengadopsi notasi fluxion Newton daripada mengadaptasi notasi diferensial Leibniz yang sebenarnya lebih hebat. Akibatnya cukup fatal, kelak, pengembangan kalkulus di Inggris menjadi jauh tertinggal dibandingkan negara-negara Eropa lainnya. Polemik tentang penemu kalkulus terus berlanjut. Sampai akhirnya, akhir tahun 1713, Leibniz mengeluarkan pamflet anonim, Charta Volans, yang menjelaskan posisinya sekaligus mengungkapkan kesalahan Newton dalam memahami derivatif kedua atau derivatif yang lebih besar lagi. Kesalahan ini juga diungkapkan oleh Johann Bernoulli.
Tahun 1673, Leibniz menyempurnakan notasi-notasi kalkulus versinya dan pada tahun 1675, dia menulis manuskrip dengan menggunakan notasi, yaitu ?f(x)dx untuk pertama kalinya. Tahun 1676, menemukan notasi: d(xn) = nxn?¹ dx untuk integral dan pangkat n, dimana sejak tahun ini pula dia menghabiskan sisa hidupnya di Hanover, kecuali pergi untuk kunjungan-kunjungan ilmiah.
Tahun 1679, Leibniz pertama kali mengenalkan sistem bilangan berbasis dua, yang disebut biner. Berawal dari korespondensi dengan Pere Joachim Bouvet, seorang jesuit dan misionaris di Cina. Lewat Bouvet ini, Leibniz belajar I Ching, yang sudah ada 5000 SM, heksagram, permutasi garis lurus dan garis patah yang sebanyak 6 susun yang terkait dengan sistem bilangan berbasis dua. Yin dan yang pada heksagram yang dilambangkan garis putus dan garis lurus digantikan dengan angka 0 dan angka 1. Hasilnya heksagram dikonversi menjadi bilangan biner. Sistem bilangan ini, kelak, menjadi fondasi revolusi komputer.
Ada versi lain yang mengatakan bahwa Leibniz mengemukakan teori penciptaan alam semesta dari kehampaan, void lebih dari sekedar Tuhan/0 dan kehampaan/0, karena Leibniz berupaya menggunakan pengetahuan itu untuk mengubah orang Cina agar mau memeluk agama Kristen. Istilah matematika Liebniz dalam biner ini tergolong sangat kontroversial, barangkali pengaruh latar belakang keluarga dan pendidikannya sangat besar. Begitu pula sikapnya terhadap bilangan imajiner, seperti i atau v-1 yang disebutnya dengan roh kudus. Dia sebenarnya memahami bahwa bilangan i akhirnya mengungkapkan hubungan antara nol dan bilangan tidak terhingga.
Tahun 1667, Leibniz tinggal di Frankfurt, bekerja pada Boineburg yang menjabat sebagai Sekretaris masyarakat alkimia Nurenburg. Di sini, selama bertahun-tahun, Leibniz terlibat dengan berbagai poyek yang terkait dengan sains maupun politik. Leibniz memulai membuat mesin penghitung, dimana pada tahun 1673 ditemani keponakan Boineburg, dihadapan Royal Society (Inggris), guna mendemontrasikan mesin penghitung yang belum selesai. Mesin penghitung versi Leibniz merupakan penyempurnaan dari mesin penghitung ciptaan Pascal. Blaise Pascal menemukan mesin penjumlah pada tahun 1642 dan pada tahun 1673, Leibniz menemukan mesin yang dapat melakukan operasi perkalian dan pembagian. Tahun 1678 sampai tahun 1679, dia terlibat proyek pengeringan air yang menggenangi pertambangan di gunung Harz dengan menggunakan tenaga angin dan tenaga air untuk mengoperasikan pompa. Proyek ini gagal karena kekuatiran para pekerjanya, bahwa mesin-mesin ini mampu menggantikan pekerjaan mereka. Disiplin ilmu geologi pertama kali muncul, yaitu saat Leibniz merangkum hasil kompilasi atas pengamatannya di gunung Harz. Dia juga mengemukakan hipotesis-hipotesis bahwa bumi terbentuk dari materi yang awalnya berbentuk cairan.
Pengabdian Leibniz kepada keluarga Brunswick hampir sepanjang empat puluh tahun dari kehidupannya. Leibniz mengabdikan dirinya ke dalam tiga profesi utama, yaitu pustakawan, ahli sejarah dan orang pintar yang menjadi penasihat. Kiprah Leibniz sebagai ahli sejarah adalah melakukan riset sejarah. Pekerjaan ini membuat dia sering berkeliling Jerman, Austria bahkan sampai Italia pada kurun waktu 1687 sampai tahun 1690. Saat mengunjungi Vatican, Leibniz ditawari Paus untuk menjadi pustakawan Vatican. Tawaran ini ditolak karena mengharuskan Leibniz memeluk agama Katholik, sehingga harus mengingkari karakteristik universal yang diyakininya. Keinginannya untuk menyatukan kembali Protestan dan Katholik adalah sebuah proyek besar baginya. Rekonsiliasi kedua agama yang ditempatkan pada konferensi di Hanover tahun 1683 gagal karena keinginan masing-masing agama untuk menguasai satu atas lainnya. Catatan kompetensi utama Leibniz sulit dipahami orang. Ilmu ekonomi, philology, ilmu tentang sejarah bahasa atau studi perpustakaan, hukum internasional. Liebniz adalah perintis bidang hokum internasional ini. Menentukan pertambangan sebagai industri penggerak perekonomian Jerman, membangun pusat-pusat pendidikan, semuanya adalah minat-minat Leibniz.
Setelah menyelesaikan suatu kunjungan tugas ke Paris pada tahun 1676, Leibniz pulang ke Hannover lewat London dan Amsterdam. Sejenak, dalam persinggahan ke kota terakhir ini, Leibniz yang memilih diplomat filsafat sebagai karir terpanjangnya, ternyata terperosok dalam transaksi illegal. Leibniz melakukan transaksi yang tidak diketahui dengan jelas apa yang dipertukarkan dengan Benedict de Spinoza pada tahun 1632 sampai tahun 1677, tapi yang jelas tindakan Leibniz itu termasuk melanggar etika. Yang paling parah adalah bahwa bahan itu menyangkut etika. Leibniz tampaknya memendam keyakinan bahwa mendasarkan diri pada etika adalah suatu cita-cita semua pihak. Pada saat itu Leibniz membawa salinan ringkasan karya puncak Spinoza, disebut setelah melalui klarifikasi, yang belum dipublikasikan Ethica, makalah perkembangan etika dalam membahas karya geometri Euclid. Satu tahun kemudian, Spinoza meninggal dan Leibniz menganggap keberadaan makalah itu laksana menerima bingkisan salah kirim dari Amsterdam. Para pemerhati filsafat yang membaca karya itu setuju dengan apa yang dikemukakan oleh Leibniz, tapi tidak mengetahui bahwa sebenarnya karya tersebut adalah buah pikir Spinoza. Para pakar bidang etika menyebut bahwa jangan terburu-buru menuduh Leibniz bersalah atau barangkali Liebniz mengemukakan pemikiran-pemikirannya tentang etika terpisah dengan Spinoza. Setidak-tidaknya ada dua contoh dalam matematika, yaitu fungsi ellips dan geometri non-Euclidian yang dapat dijadikan dasar pembuktian bahwa itu merupakan karya Leibniz. Catatan harian dan surat-menyurat Spinoza yang dicari setelah meninggalnya tidak cukup memberi bukti bahwa Leibniz bersalah.
Pikiran Leibniz makin terbuka dan berkembang setelah lebih dari duapuluhlima tahun berkecimpung dalam lautan filsafat. Tidaklah mengherankan bagi para pembaca dan pemerhati kiprahnya, apabila mendengar bahwa Leibniz mencetuskan teori monads. Monads adalah substansi dasar individu merefleksikan tatanan jagat raya, replika miniatur dari jagat raya. Leibniz juga menyatakan tentang segalanya dalam alam semesta ini ada dalam suatu tatanan. Masih ditambah, melancong ke metafisika dengan mencetuskan theorema optimisme, segala sesuatu (everything) diperuntukkan bagi yang terbaik dengan semua yang terbaik dari semua dunia yang dimungkinkan. Akan tetapi semua itu dilupakan orang karena barangkali dianggap mendahului jamannya. Pada tahun 1759, penjabaran secara rinci didemontrasikan oleh Voltaire (1694 – 1778) dengan karya besarnya Candide. Barangkali menurut sumber Theory of Everything dari Stephen Hawking juga mengambil nama yang pernah dicetuskan Leibniz.
Kalkulus tidak akan sempurna apabila tidak ada kiprah Leibniz. Minat Leibniz yang sangat beragam ternyata membuka cakrawala baru bagi perkembangan ilmu pengetahuan atau memunculkan disiplin ilmu baru. Hukum internasional, sistim bilangan berbasis dua (binary) dan geologi adalah disiplin ilmu hasil cetusan dari Leibniz. Belum lagi karya mesin hitung yang merupakan penyempurnaan buatan Blaise Pascal mampu membuat orang jaman itu berdecak kagum.
Leibniz juga mengembangkan pemikiran tentang rasionalisme dalam logika berpikir tentang filsafat. Pemikiran-pemikiran yang diciptakannya antara lain:
1. Berbagai Prinsip. Leibniz mengatakan di samping hukum nonkontradiksi ada beberapa hukum lain tentang pemikiran, sebagai di antaranya dia kemukakan sebagain aksioma.
2. Kontingensi (Ketidakmutlakan). Dapat dilihat segera bahwa dalam pandangan Leibniz, semua pernyataan subjek-predikat jika memang benar adalah benar atas dasar makna semua istilah yang digunakan untuk mengungkapkannya. Suatu pernyataan dalam bentuk ‘s adalah p’ hanya memberi atribut pada ‘s’ suatu sifat yang merupakan bagian dari definisinya: dia menyatakan kumpulan dari semua sifat p, q, r, dan seterusnya yang memuat p. Atas dasar hal tersebut Leibniz secara tidak langsung menjelaskan perbedaan antara kebenaran yang mutlak dan kebenaran yang tidak mutlak.
3. Metafisika. Leibniz berpendapat seperti semua penganut paham rasionalis, bahwa semua prinsip metafisika harus menjadi dasar penyelidikan empiris dan mereka sendiri tidak bersumber pada pengalaman.
4. Dunia Kebendaan. Leibniz berkata, jika suatu ruang itu mutlak adanya dan memiliki suatu realitas yang jauh melebihi hubungan ruang diantara individu, maka seluruh alam semesta mungkin dapat digerakkan melalui ruang, tanpa suatu perubahan yang signifikan. Namun yang kemudian diperhatikan, kedudukan alam semesta sebagai suatu keseluruhan. Bila dua sasaran dapat menduduki titik yang sama, maka dalam ruang tersebut jika mereka berada dalam hubungan ruang yang sama, akan sama terhadap semua benda yang lain.
5. Monadologi. Saya ini adalah ‘monad’ dan seperti semua substansi selain dari Allah, saya memiliki baik forma maupun materi. Leibniz menggunakan istilah seperti itu dalam arti skolastik.
6. Tuhan. Leibniz mengatakan, memang merupakan kebenaran yang tidak mutlak bahwa ada banyak monad yang tidak terbatas. Mungkin ada dunia yang berisikan jumlah yang tidak begitu terbatas. Tetapi sebenarnya harus mengandung suatu jumlah yang tidak terbatas, begitu menurut Leibniz, karena tidak ada hipotesa yang lain yang sesuai dengan kebaikan Allah yang tidak terbatas.
Komentar
Playtech has 화성 출장샵 integrated its latest mobile 충주 출장샵 casino 김제 출장안마 products with a multi-year agreement to deliver 양주 출장마사지 the best mobile casino 계룡 출장안마 games for Android and iOS devices.