Seorang Laki-laki di Terminal Menghipnotisku
Sesampainya aku di Terminal Lebak Bulus, waktu sudah menunjukkan pukul 06.15 WIB. Aku agak telat sepuluh menit dari biasanya. Jalanan sangat macet. Mungkin disebabkan oleh tragedi Situ Gintung tanggal 27 Maret silam. Banyak orang-orang sejak subuh mengunjungi daerah tempat terjadinya bencana tanggul jebol itu. Namun, mungkin karena sekarang hari senin juga. Orang-orang memulai aktifitasnya kembali. Aku meletakkan semua perabotanku untuk nanti sore ke ruanganku. Kemudian aku kunci loker di ruanganku. Aku bergegas ke kampusku yang terletak di Depok.
Orang lalu-lalang di Terminal Lebak Bulus ini. Padahal waktu masih menunjukkan pukul 06.20 WIB. Beberapa kondektur bus yang sibuk mencari penumpang di setiap sudut terminal. Laki-laki yang gagah mengenakan setelan kemeja, celana bahan, dan dasinya. Kelihatannya dia seperti executive muda atau biasa disingkat dengan eksmud oleh aku dan teman-temanku. Dia seperti terburu-buru untuk mengantri tiket busway agar tidak habis untuk yang jam 06.30 WIB. Kemudian, ada perempuan yang tidak kalah cantik dengan setelan seragam kerjanya. Aku teringat kakakku yang bekerja sebagai costumer service di Bank Bumiputera cabang Kemang. Perempuan itu mirip kakakku. Aku jalan beriringan dengan perempuan itu, menuju satu tujuan. Kunaiki bus umum berwarna merah muda keunguan itu, begitu juga dengan dia. Bus ini biasanya suka disebut Debby oleh komunitas anak-anak Ciputat atau Lebak Bulus yang kuliah di Universitas
Aku memilih untuk duduk di dekat bibir pintu masuk bus bagian depan, agar sesampainya nanti aku tidak terlalu sulit untuk turun saking banyak dan padatnya penumpang yang berjejal-jejal di dalam Debby. Dari dalam bus kulihat banyak mahasiswa, yang mungkin mahasiswa kampusku, ataupun mahasiswa Universitas Pancasila dan Universitas Gunadarma yang tergesa-gesa segera menaiki bus yang sedang kutumpangi ini. Sepertinya mereka menginginkan tempat duduk. Maklum, jarak antara Lebak Bulus dan Depok cukup jauh dan melelahkan.
Bus jalan keluar dari terminal. Tempat duduk sudah tidak tersisa lagi. Banyak orang yang berdiri di dalam bus saling sikut sana-sini. Orang-orang dari Pasar Jumat dan perempatan Fedex banyak yang masuk ke Debby ini berjejal-jejal. Sumpek. Panas. Padahal masih pagi. Begitulah kehidupan tiap pagi di bus yang kutumpangi ini.
Aku tiba di kampus. Aku kuliah seperti biasanya. Selesai pukul 13.00 WIB, aku langsung pulang.
“Lo kenapa cuma ikut sampai Terminal Lebak Bulus dhy?” Tanya Dara kepadaku di dalam mobil.
“
“Oya? Apaan, Dhy?” Tanya Dara sambil menyetir santai mobil lancer mitsubitsi abu-abunya.
“Adalah.. Lumayan untuk bantu-bantu keuangan keluarga. Meski nggak signifikan banget.” Jelas aku tanpa rinci.
“Hahahaha.. Dasar lo sok rahasia.” Ejek Dara.
Aku tiba di Terminal Lebak Bulus pukul 14.10 WIB. Aku bergegas masuk ke ruanganku, membukar loker, mengambil perabotan, dan mengganti baju seragam kerjaku. Setelah semuanya selesai aku berjalan menuju koridor busway Terminal Lebak Bulus. Koridor busway ini baru selesai dibangun. Kebetulan aku direkrut untuk menjadi salah satu supir busway dari sini. Aku satu-satunya yang perempuan di sini. Trayek yang harus aku jalankan Lebak Bulus-Harmoni. Banyak orang yang melihat aku dari ujung kaki sampai ujung rambut. Seakan-akan orang seperti aku tidak mungkin untuk menjadi driver bus. Ini minggu ketiga aku kerja. Aku bekerja setiap hari senin, rabu, dan jumat.
Sebelum aku naik ke kursi driver, aku melihat perempuan paruh baya yang sedang mengantri membeli tiket busway. Dia seperti terhalang oleh laki-laki berbadan tegap dan besar tepat di depannya. Aku ingin menolongnya. Perempuan paruh baya itu seperti terjepit. Tak lama. Tak lebih dari dua menit, ada laki-laki santun yang sepertinya sepantaran aku menolongnya. Tersentuh hatiku. Melihat kejadian tadi aku teringat Ibuku. Dengan sabar aku menjalankan pekerjaan ini untuk beliau juga. Aku melihat laki-laki itu. Simpatik sekali kelihatannya. Aku menyukainya. Dia sepertinya sayang sama orangtua. Laki-laki seperti itu yang dapat menghipnotis aku. Aku pun sangat menyayangi kedua orangtuaku.
Aku naik ke kursi driver. Kututup pintu bus yang berwarna abu-abu ini. Aku membaca basmallah untuk melakukan pekerjaan ini. Saat kulihat kaca spion tengah penumpang sudah berhamburan masuk dengan rapi, dan pintu ditutup rapat, aku melajukan bus ini tanpa ragu. Lalu, setiap sampai di koridor pemberhentian, aku berhenti menaikkan dan menurunkan penumpang. Aku selesai melakukan pekerjaanku menjelang maghrib. Tiba di Terminal Lebak Bulus ini lagi pada pukul 18.05 WIB.
Aku masuk ke ruanganku. Berganti pakaian. Aku bergegas pulang. Saat aku hendak naik ke angkot berwarna putih nomor D02, ada seorang laki-laki memanggilku.
“Hey, kamu supir busway yang tadi siang ya?” Tanya laki-laki itu.
Ternyata dia laki-laki yang menolong ibu-ibu paruh baya tadi siang yang hampir terhimpit laki-laki besar berbadan tegap di depannya.
Komentar